BERANGKAT haji tak harus kaya. Tukang pijat yang pendapatannya tak tentu pun bisa melaksanakan rukun Islam kelima ini. Buktinya adalah Mbah Siti Temu Wardjan (90 tahun), warga RT 02 RW 03 Desa Nganguk Kecamatan Kota Kudus. Tukang pijat ini bisa berangkat haji setelah rajin menabung dalam waktu cukup lama.
Perempuan berusia senja ini mengaku tak pernah menyangka kalau impian menunaikan haji akhirnya menjadi kenyataan. Mbah Temu termasuk salah satu di antara 1.097 calon haji (calhaj) Kudus yang berangkat tahun 2014 ini.
“Sudah lama, saya memang ingin sekali naik haji. Tetapi dengan hasil tak menentu sebagai tukang pijat, sepertinya sulit terlaksana. Awalnya saya berpikir, itu hanya impian sia-sia. Ternyata Tuhan menunjukkan jalan menjadikan mimpi dan doa saya kenyataan,” ungkapnya dengan rasa syukur, saat ditemui di rumah sebelum pemberangkatan.
Jika dikisah disinetron ada “Tukang Bubur Naik Haji”, Mbah Temu telah membuktikan di kehidupan nyata tukang pijat pun bisa naik haji. Tas kopor warna biru dengan lambang bendera merah putih bertuliskan Siti Temu Wardjan, siap menemani perjalanan menuju tanah suci. Tas tersebut akan menjadi saksi sejarah sepanjang hidupnya.
Mbah Temu lalu menceritakan niat awal dan keinginan menunaikan haji. “Setiap hari menerima hasil lebih dari pijatan, saya berusaha menyisihkan uang Rp 25 ribu. Uang itu saya niatkan dan saya tabungkan khusus untuk naik haji. Butuh waktu lama, karena tidak setiap hari ada yang meminta pijat,” terangnya.
Upah sebagai tukang pijat tak menentu setiap harinya. Mbah Temu tak pernah pasang tarif, tergantung pemberian orang-orang yang menggunakan jasanya. Sebesar apa pun dia berusaha ikhlas karena juga ingin menolong sesama. Jika beruntung sehari bisa lebih dari dua pasien. Hasil dari memijat, setelah dipotong untuk kebutuhan selebihnya disisihkan untuk ditabung.
Mbah Temu menyatakan, tidak pernah meminta uang sepeser pun dari anak-anaknya. Karena merasa tenaganya masih kuat, dia tak ingin merepotkan. “Alhamdulillah, tidak usah menunggu kaya bisa naik haji. Kalau ada niat dan kemauan tidak kaya pun bisa naik haji. Sekarang, saya tinggal madhep mantep marang Gusti Allah. Mudah-mudahan selamat hingga tujuan, dan pulang kembali dengan selamat,” katanya.
Sebelum menjadi tukang pijat, tahun 1970-an Mbah Temu pernah bekerja pada perajin batik. Namun begitu bangkrut, Mbah Temu bekerja serabutan hingga pada akhirnya belajar memijat pada orangtuanya, yang kemudian ditekuninya hingga sekarang. (Mc Thoriq)
Comment here